
PROBOLINGGO, Negesindonesia.com – Tingginya permintaan pupuk yang belum diimbangi dengan stok yang cukup membuat Dinas Pertanian Kabupaten Probolinggo harus melakukan langkah strategis. Supaya pemenuhan stok bisa tercukupi. Saat serapan sudah mencapai 50 persen dari alokasi yang ada, usulan realokasi pupuk akan dikirimkan ke Pemprov Jawa Timur Selasa, (2/5/2023).
Pupuk bersubsidi bagi petani merupakan kebutuhan wajib. Saat masa tanam ketersediaan pupuk untuk tanaman begitu diperlukan. Sehingga stok pupuk yang ada haruslah mencukupi kebutuhan petani. Sayangnya stok pupuk yang terbatas menjadi masalah klasik setiap tahunnya. Hal ini kerap dikeluhkan oleh petani.
“Kelangkaan pupuk yang sering dikeluhkan petani menjadi perhatian kami. Alokasi pupuk yang sudah disediakan kami upayakan penyalurannya merata menjangkau petani yang membutuhkan,” kata Kepala Bidang Sarana, Penyuluhan dan Pengendalian Pertanian pada Dinas Pertanian Kabupaten Probolinggo Bambang Suprayitno.
Setiap bulannya Dinas Pertanian selalu melakukan evaluasi serapan dan ketersediaan pupuk yang ada. Dalam periode tertentu Dinas Pertanian akan melaporkan ketersediaan pupuk kepada Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Dalam laporan tersebut jika nantinya stok pupuk semakin menipis. Atau serapannya sudah mencapai 50 persen dari stok yang ada, dapat menjadi pertimbangan apakah layak untuk mendapatkan realokasi pupuk ataukah tidak.
Bambang menjelaskan sebenarnya penerima pupuk bersubsidi tahun ini lebih sedikit dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sebab tidak semua petani dapat pupuk bersubsidi. Ada ketentuan petani yang berhak menerima pupuk bersubsidi adalah mereka yang menanam sembilan komoditas tanaman yang mempunyai inflasi tinggi.
Hanya 4 wilayah yang sedikit menanam padi meliputi kecamatan Sumber, Sukapura, Tiris, dan Krucil. Karena itu mempengaruhi jumlah pembelian pada kios-kios pupuk. Perlu ada penyediaan stok pupuk yang mencukupi kebutuhan saat masa tanam tersebut.
Meliputi padi, jagung, kedelai, cabe, bawang merah, bawang putih, tebu, kakao dan kopi.
“Laporan tiap bulan sudah kami kirim, hal ini menjadi acuan. Perlu realokasi ataukah masih cukup. Jika memang perlu penambahan biasanya ada kebijakan dari pusat. Begitupun sebaliknya, jika stok pupuk yang masih banyak, akan ada pengurangan. Yang jelas kami upayakan stok pupuk mencukupi sampai akhir tahun,” bebernya.
Di sisi lain, permintaan pupuk bersubsidi hingga triwulan pertama cukup tinggi. Hingga Maret, serapan pupuk Urea telah mencapai 33,07 persen. Sementara pupuk NPK mencapai 23,13 persen dari alokasi yang ditentukan tahun ini.
Tingginya permintaan pupuk sejalan dengan musim tanam. Pada triwulan pertama merupakan masa tanam padi. Dengan demikian pemenuhan permintaan pupuk lebih tinggi.
“Sebelumnya memang sudah kami prediksikan memang permintaan cukup tinggi saat bulan Januari hingga Maret,” katanya saat dikonfirmasi.
Selama masih masuk tanam padi, maka jumlah pupuk yang dibutuhkan juga banyak. Akan mengalami penurunan saat sudah masuk musim kemarau.