
PROBOLINGGO ,Negesindonesia.com – Pasangan calon pengantin asal Kota Surabaya, Hendra Purnama dan Pratiwi Mandala Putri, tanpa sengaja menjadi berita utama saat foto prewedding mereka berubah menjadi bencana.
Mereka, dengan penuh penyesalan, harus menghadap Polres Probolinggo setelah foto prewedding mereka yang spektakuler menghancurkan Bukit Teletubbies di Gunung Bromo.
Ketika mereka tiba di kantor polisi, diiringi oleh kuasa hukum mereka, Hendra Purnama dan Pratiwi Mandala Putri bersikap rendah hati.
Mereka ingin mengungkapkan penyesalan mendalam mereka kepada para tokoh adat Tengger, masyarakat setempat, bahkan hingga tingkat pemerintahan.
“Saya memohon maaf kepada seluruh tokoh adat Tengger, masyarakat adat Tengger, Presiden, Menteri, Pemprov Jatim, pemerintah daerah, dan seluruh masyarakat Indonesia. Kejadian ini tidak kami inginkan. Tidak ada kesengajaan yang kami lakukan. Kami memohon maaf,” ungkap Hendra Purnama dengan suara penuh penyesalan.
Hendra Purnama menceritakan momen saat mereka berusaha memadamkan api dengan air minum yang mereka miliki.
“Saat itu kondisi angin sangat kencang, dan rumput kering, serta saya memiliki banyak keterbatasan sehingga tidak dapat memadamkan api,” ungkapnya, menggambarkan keputusasaan mereka saat melihat kobaran api.
Meskipun permintaan maaf pasangan ini diterima oleh para tokoh adat Tengger yang hadir, namun rasa kecewa masyarakat Tengger masih terasa. “Kami sangat menyayangkan, kenapa rombongan foto prewedding tidak memperhitungkan bahayanya menggunakan flare di atas area rumput kering yang mudah terbakar.
Selain tempat wisata, Gunung Bromo merupakan tempat yang disakralkan oleh masyrakat Tengger, sehingga setiap orang atau wisatawan yang ke sana harus menjaga sopan santun,” ujar salah satu tokoh masyarakat adat Tengger, Sarwo Slamet.
Kejadian ini mengingatkan kita semua akan pentingnya menjaga lingkungan, menghormati tempat-tempat yang disakralkan, dan berpikir dua kali sebelum melakukan tindakan yang bisa berdampak negatif pada alam dan budaya setempat.
Kebakaran ini tidak hanya menghanguskan padang savana yang luasnya mencapai 500 hektare, tetapi juga menggugah kesadaran akan pentingnya menjaga warisan alam dan budaya.