Hartanto Boechori ketum PJI : Ditreskrimsus Polda Jateng Agar Cepat Tanggap

HUKUM & KRIMINAL212 Dilihat
Advertisements

Negesindonesia.com – Sebuah kisah pahit mengenai pelayanan kesehatan di Kendal, Jawa Tengah, telah mengguncang masyarakat setelah Selfia Ardiani (Selfi) mengalami pengalaman traumatis saat berobat.

Pada tanggal 1 Agustus 2023, Selfi menjalani tindakan medis kuretisasi oleh dr. AR, M.Kes, Sp.OG di Rumah Sakit “CH” dengan pembiayaan BPJS KIS. Namun, apa yang terjadi setelah itu adalah kisah yang mengerikan.

Setelah operasi, Selfi menderita nyeri hebat, kram perut, dan pendarahan parah. Sayangnya, rumah sakit dan dokter yang merawatnya tidak menangani keluhannya dengan serius.

Baca Juga :  Kapolda Jatim Cek Pos Pelayanan di Kota Tuban, Secara Keseluruhan Arus Mudik dan Balik Lancar Aman

Bahkan, status BPJS (PBI-JK) Selfi ditolak, memaksanya untuk merawat diri dengan biaya mandiri.

Saat Selfi mencari second opinion dari fasilitas medis dan dokter lain, terungkap bahwa kondisi kandungannya sangat parah dan ada sisa janin.

Tindakan pembersihan kandungan yang lebih lanjut diperlukan dengan segera.

Pada tanggal 28 September 2023, Selfi mengajukan pengaduan ke Ditreskrimsus Polda Jateng, membuka pintu pada investigasi yang melibatkan rumah sakit “CH” dan dokter AR.

Baca Juga :  Pengunjung Kenjeran Water Park Surabaya Menjerit Histeris, Banyak Korban Jatuh Dari Ketinggian

Dokumen medis dan hasil pemeriksaan dari berbagai fasilitas medis menjadi bukti yang kuat.

Dalam situasi yang mengharukan ini, hukum harus ditegakkan setegak-tegaknya. Ditreskrimsus Polda Jateng, IDI Kendal, IDI Jawa Tengah, serta BPJS Kesehatan Kendal dan Jawa Tengah diminta untuk bekerja secara profesional dan transparan dalam menangani kasus ini.

Kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan medis dan penegakan hukum harus dipulihkan.

Baca Juga :  Ganjar Pranowo dan Mahfud MD Ziarah ke Makam Soekarno di Blitar, Jawa Timur

Kisah tragis Selfi harus menjadi pengingat bagi seluruh dokter dan fasilitas kesehatan untuk selalu memperlakukan pasien secara manusiawi.

Faktor sosial dan kemanusiaan harus menjadi pertimbangan utama dalam pelayanan medis.

Kami akan terus memantau perkembangan kasus ini dan memberikan informasi terbaru.

Masyarakat diharapkan proaktif dan bersuara dalam memastikan bahwa pelayanan kesehatan yang berkualitas menjadi hak bagi semua.